-->
Type Here to Get Search Results !

Mengenal Lebih Dalam Tradisi Ayi Ayo Onam, Kearifan Lokal Masyarakat Kampar yang Tetap Lestari

KAMPAR (AktualBersuara.Com) - Seluruh masyarakat Kabupaten Kampar terutama Kecamatan Bangkinang Kota, Bangkinang Seberang, Salo, Kuok, dan kecamatan lainnya merayakan Tradisi Ayi Ayo Onam atau Hari Raya Enam yang rutin dilakukan setiap tahunnya. 

Pada tahun ini, Ayi Ayo Onam dilaksanakan hari Senin tanggal 9 Mei 2022.

Ayi Ayo Onam ini dilaksanakan setiap 8 Syawal. Terlebih dahulu melakukan Puasa Sunnah enam hari yang dihitung usai 1 Syawal atau setiap tanggal 2 Syawal, sehari usai hari raya idul Fitri.

Berbeda dari yang lain, Ayi Ayo Onam justru lebih meriah dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Kampar di banding Hari Raya Idul Fitri. 

Karena tradisi ini merupakan hari raya paling sakral, Masyarakat Kampar selalu setia menanti momen Ayi Ayo Onam ini.

1. “Ayo Zorah” atau Ziarah Kubur

Ayi Ayo Onam atau juga disebut Ayo Zorah atau ziarah kubur merupakan laki-laki yang ada dikampung tersebut berbondong-bondong melaksanakan ziarah kubur berjalan kaki dari pagi hingga siang hari ke pemakaman-pemakaman yang ada di kampung tersebut. 

Mendoakan kerabat sanak saudara yang telah menghadap ke sang pencipta Allah SWT.

Saat berziarah kubur, sesama masyarakat akan bertemu di jalan menuju pemakaman. Saat bertemu itulah menjadi momen untuk saling bermaaf-maafan dan bercengkrama. 

Ziarah Kubur ini didasari tradisi agama dan kearifan lokal masyarakat Kampar, disisi tradisi agama, ziarah kubur adalah salah satu ibadah yang dianjurkan oleh nabi Muhammad SAW, karena dengan memberikan doa kepada orang-orang yang telah meninggal dunia, masyarakat Kampar percaya dapat memberikan perlindungan dalam kehidupan, dan dengan berziarah kubur, kita akan lebih mengingat mati dengan demikian dapat meningkatkan keimanan kepada Allah seolah-olah kita akan mati besok.

Sedangkan dari kearifan lokal atau tradisi adat istiadat, ziarah kubur ini merupakan suatu kebiasaan (tradisi) yang telah diwariskan oleh nenek moyang kita yang sesuai dengan ajaran agama Islam.

Pada masanya, orang tua-tua kita dahulu, meskipun sedikit pendidikan ilmu agamanya tapi kuat dalam pengamalannya. Praktek puasa enam hari yang dimulai tanggal 2-7 Syawal tersebut memang mereka lakukan.


Orang-orang tua kita dahulu memahami betul bahwa puasa enam hari pada bulan Syawal sangat dianjurkan Nabi Muhammad SAW karena keagungan pahala dan besarnya ganjaran yang disiapkan Allah SWT bagi mereka yang melaksanakan ibadah ini. Umat Islam yang melaksanakan puasa Syawal akan diganjar pahala, seakan-akan ia berpuasa selama setahun penuh.

Keutamaan puasa enam hari pada bulan Syawal diterangkan dalam hadis riwayat dari Abu Ayyub Al-Anshari: “Siapa saja yang puasa Ramadan, kemudian mengiringinya dengan 6 hari dari Syawal, seperti berpuasa setahun penuh,” (HR. Tirmidzi).

Keutamaan lain dari puasa enam hari pada bulan Syawal juga dijelaskan dalam hadis riwayat dari Ibnu Umar, ia berkata Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang menjalankan puasa Ramadan dan menyertai dengan puasa enam hari pada bulan Syawal maka keluar dosa-dosa dari dirinya seperti dia baru dilahirkan oleh ibunya,” (HR. Thabrani).

Di Ayi Ayo Onam ini masyarakat tertentu Kabupaten Kampar membuat beraneka ragam makanan yang ada pada zamannya, seperti lomang, sari kayo, palito daun, katupek dan lain sebagainya. 

“Mo Ka Bangkinang Saboang mo, Pai makan Lomang Sarikayo,”

2. Ajang Pererat Silahturahmi

Tidak hanya itu, Ayi Ayo Onam ini juga dapat mempererat hubungan diantara sesama kaum kerabat sanak saudara,teman, kawan lama, yang pulang dari perantauan dikampung halamannya.

Masyarakat dari perantauan selalu pulang di hari ini, meski pada Lebaran pertama tidak pulang kampung. Bahkan, muncul istilah lebih baik tidak ada pada hari pertama Lebaran dari pada tidak hadir saat Hari Raya Ziarah Kubur. 

3. Makan Bajambau

Ayi Ayo Onam ini terdapat dipenghujung ziarah kubur yang dikenal dengan “Makan Bajambau” yang artinya warga makan bersama-sama disuatu tempat, (biasanya disurau,ataupun dibalai adat) sebelum masuknya waktu shalat Zuhur.

Makan Bajambau ini diharapkan untuk memperat hubungan kekerabatan antar masyarakat dan saling mengenal satu sama lain. 

Karena beberapa ada yang hidup diperantauan jadi jarang bertemu dan bahkan ada yang tidak saling mengenal. 

Sehari sebelum acara, ibu-ibu sudah membuat berbagai masakan yang akan dihidangkan keesokan harinya. Mereka memasak aneka makanan di rumah masing-masing, makanan yang dihidangkan tersebut nasi dan lauk pauk.

Uniknya, nasi dan lauk pauk nantinya dibawa dengan menggunakan dulang atau talam yang ditaruh di atas kepalanya atau bahasa di Kampar "Dijujuong". Satu jambau itu biasanya disantap empat sampai lima orang.

Dulang yang disebut Ughang Ocu, itu biasa digunakan sebagai tempat hidangan makanan pada acara adat. Penutupnya pun unik, yaitu menggunakan tudung yang terbuat dari pelepah pinang yang dicat merah warna warni. 

Berbeda dari yang lain, Ayi Ayo Onam justru lebih meriah dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Kampar di banding Hari Raya Idul Fitri. Karena tradisi ini merupakan hari raya paling sakral.

Semoga bermanfaat dan menambah sedikit pengetahuan tentang tradisi masyarakat Indonesia (khususnya Kampar) dalam Hari Raya Idul Fitri. Artikel ini masih sangat memungkinkan untuk dikoreksi, dibantah atau diberikan masukan. (Red/Rio)
Baca Juga