-->
Type Here to Get Search Results !

Hendak Kerja di PT PDSI, Puluhan Tenaga Kerja Dari Luar Provinsi Riau yang Kos di Duri Hengkang

DURI (AktualBersuara.Com) - Belasan tenaga kerja (Naker) yang ‘Ngekos’ di Kelurahan Batang Serosa, Kecamatan Mandau dan mengaku hendak dipekerjakan oleh PT PDSI di wilayah Rokan Hilir (Rohil) akhirnya berhambus alias angkat kaki, Selasa (07/12/21).

Keluarnya para tenaga kerja Non-Riau dari wilayah berjuluk Kota Minyak ini ditenggarai berbagai faktor yang sebelumnya memicu spekulasi, polemik dan keresahan masyarakat di sekitar Kos-kosan yang diakui (diduga) dijadikan sebagai tempat karantina terkait COVID-19.

Ketua DPD KNPI Bengkalis, Andika Putra Kenedis, ST bersama jajaran dan segenap OKP di Mandau sejak Senin (06/12/21) lalu telah berkutat dalam polemik ini. Ia yang kerap dijuluki Andika Sakai menegaskan kedatangan belasan bahkan puluhan tenaga kerja dari luar Riau dinilai sangat menciderai perasaan masyarakat, pemerintah, pemuda dan tenaga kerja lokal.
Ia mendasarkan hal itu atas beberapa statement tegas, pertama, disebut belasan bahkan puluhan naker asal Palembang dan Medan ini tak mengantongi Kartu Kuning dan AKAD yang seharusnya diterbitkan oleh Dinas Tenaga Kerja daerah asal masing-masing pekerja.

“Mereka datang dari Palembang dan Medan tanpa dilengkapi Kartu Kuning dan AKAD dari wilayah masing-masing. Hal ini langsung kita soundingkan ke Disnakertrans Kabupaten Bengkalis, hasilnya dimintakan bila naker dari luar Riau tak punya Kartu Kuning dan AKAD dari wilayah asalnya, boleh diambil tindakan tegas bahkan dikembalikan ke daerah asalnya,” kata Andika.

Berdasarkan sederet informasi yang diterima, belasan bahkan puluhan naker non-Riau ini datang dari wilayahnya tanpa dibekali surat perjalanan berupa bukti Negatif COVID-19. Hal ini dianggap Andika sangat bertentangan dengan semangat kerja tim Satgas COVID-19 Kabupaten Bengkalis.
Saat ini kata Andika, pemerintah tengah disibukkan untuk menanggulangi pandemi dan potensi penularannya. Akan tetapi, kedatangan para naker dari luar Riau ini diduga abai.

“Kita saja mau kesana-sini wajib sudah harus divaksin, harus Rapit atau PCR, wajib karantina dan lain sebagainya. Lalu, kenapa saudara-saudara dari Palembang dan Medan ini sangat lempang datang ke Duri tanpa bekal (surat) negatif COVID-19 dari daerah kedatangannya?,” tanya dia.

Andika berseru keras dan menyebut bahwa kos-kosan yang dihuni para pekerja bukanlah fasilitas isolasi atau karantina COVID-19 dengan alasan tata letaknya berada di tengah permukiman dan berdampingan dengan rumah ibadah. Namun belakangan, para pekerja mengaku dan mengetahui bahwa perusahaan yang merekrut merekalah yang menyebutkan bahwa bangunan itu merupakan tempat karantina.
“Kami tak tahu. Kami hanya pekerja, direkrut dan sementara dikarantina disini. Semua surat-menyurat atau administrasi kami ada di manajemen perusahaan, dan lagi pihak perusahaan sudah izin kepada RT/RW setempat,” jawab seorang naker asal Medan.

Mendengar hal itu, Ketua PAC IPK Mandau Yandi, SE turut berang dan menyerukan info tersebut diduga sesat. Pasalnya, sang ketua RT003 dan ketua RW005 wilayah setempat justru menyebut kehadiran para pekerja dari luar Riau ini tak pernah dikomunikasikan atau dimintakan izinnya sebelumnya.

“Saya sudah jumpai RT/RW dan Lurah. Bahkan mereka kami bawa kesini, dan mereka sebut tak ada info apapun terkait kedatangan mereka ini. Makanya kami merasa dibohongi,” ucap Yandi.

Dengan sederet informasi dan peristiwa kala itu, Tim Satgas Kecamatan Mandau akhirnya ambil tindakan.
Camat Mandau Riki Rihardi langsung mengerahkan Kasi Trantib M. Vicky dan Lurah Batang Serosa Tengku Irfandi serta tenaga kesehatan (Nakes) dari UPT Puskesmas Pematang Pudu, Duri untuk melakukan pendataan naker, pencegahan pelanggaran protokol kesehatan dan mengurangi potensi penularan virus di lokasi itu.

“Atas informasi yang kami terima, pimpinan memerintahkan untuk meneggakkan prokes di wilayah ini. Maka, setiap pendatang dari luar Riau harus didata dan ditelusuri rekam medisnya,” ujar Kasitrantib Mandau, Vicky.

Vicky mengaku pihaknya baru menerima informasi dan segera meluncur. Ia syok mengetahui kabar bahwa seluruh naker didatangkan dari luar Riau dan bakal dipekerjakan di Rohil, bujan Bengkalis.

“Saya pikir mereka dipekerjakan di Bengkalis, ternyata ke Rohil. Jadi Duri ini diduga hanya dijadikan tempat transit sementara. Ini yang kita khawatirkan, ini masih masa pandemi COVID-19. Kita harus kasih contoh dan penegakan aturan yang baik agar masyarakat bisa mengikuti dalam hal penanggulangan virus dan penegakan prokes,” imbaunya.

Hingga beberapa jam berlalu, tak satupun manajemen perusahaan PT. PDSI yang hadir dan memberi jawaban atau keputusan yang tepat kala itu. Andika, Yandi dan seluruh warga pun berang.

Beberapa waktu kemudian, tibalah dua unit bus dan menepi di halaman Masjid Muhammadiyah. Seluruh pekerja tampak berkemas barang dan berganti masuk ke dalam bus.

Seluruhnya berlapang dada dan memilih berangkat dari Duri. Tak diketahui pasti kemana laju bus yang membawa para naker, namun arahnya berputar menuju ke jalan lintas Sumatera sektor Duri - Dumai.

Andika Sakai menduga seluruhnya bakal langsung dibawa menuju Rohil, bukannya kembali ke wilayah asalnya guna melengkapi syarat perjalanan dan dokumen kepengurusan guna kepentingan pekerjaan.

“Tak tahu mereka kemana, mungkin langsung ke Rohil. Kita tak larang siapapun yang datang dan hendak kerja di wilayah kita, namun harus dipahami, mohon lengkapi berkas atau dokumen pentingnya,” pinta Andika Sakai.

“Satu hal lagi, Kabupaten Bengkalis tak kekurangan tenaga kerja, tapi kekurangan lapangan kerja yang dapat menyerap tenaga kerja lokal. Kami harap ini bisa menjadi perhatian kita bersama, jangan sampai putra-putri daerah hanya menjadi penonton di rumah sendiri. Ini demi masyarakat, bukan kepentingan pribadi,” pungkasnya. ***
Baca Juga