-->
Type Here to Get Search Results !

Kelola Blok Rokan, Pertamina Beroperasi dan Hidup Harmonis Bersama Alam

FOTO: Keanekaragaman hayati yang menghuni kawasan blok Rokan.(ist/dok Humas PHR).
PEKANBARU (AktualBersuara.Com) - Manusia dan alam tidak bisa dipisahkan. Kehidupan manusia bergantung pada keberadaan alam yang lestari dan kaya keanekaragaman hayati.  

Wilayah Kerja (WK) Rokan di Riau yang dikelola oleh Pertamina Hulu Rukan (PHR) terletak berdampingan dengan sejumlah kawasan konservasi. 

Tidak saja wilayah operasinya, kamp tempat tinggal karyawan juga berbatasan dengan hutan tropis Sumatra yang masih tersisa dan terpelihara. 

Sejalan dengan kebijakan dan komitmen Pertamina untuk melindungi keanekaragaman hayati, kegiatan operasi dan aktivitas kehidupan kamp juga dilakukan sejalan dengan prinsip tersebut. 
Dengan luas 145 hektar, Kamp Rumbai, salah satu dari tujuh kamp tempat tinggal pekerja PHR, yang letaknya berdampingan dengan Rumbai Nature Park, kawasan taman alam tropis seluas lebih dari 100 hektar. Di kedua tempat ini, sejumlah spesies satwa liar, yang sudah sulit ditemukan di alam lepas bahkan beberapa diantaranya masuk dalam daftar merah IUCN, masih dapat hidup dengan tenang. 

Para penghuni Kamp Rumbai harus berbagi ruang dengan hewan-hewan ini, terutama keturunan primata, burung, beruang dan babi hutan. Kawanan satwa liar ini berkeliaran hilir mudik dari satu rumah ke rumah. Beruk-beruk dan babi-babi hutan berlarian masuk ke halaman rumah, menumpahkan isi tong sampah mencari sisa makanan, memanjat atap rumah bahkan tiang bendera. Burung enggang juga sering hinggap di dahan pohon-pohon besar memperlihatkan paruhnya yang gagah.

Kamp Rumbai dan Rumbai Nature Park merupakan rumah bagi setidaknya sembilan jenis primata, lima diantaranya masuk dalam daftar satwa yang dilindungi Pemerintah dan daftar merah IUCN, yakni Lutung Kokah (east Sumatran banded langur atau presbytis percura), Lutung Simpai (Sumatran surili atau presbytis melalophos), Uwa Ungko (mountain agile gibbon atau hylobates agilis), Lutung Kelabu (silvery lutung atau trachypithecus cristatus) dan Kurang (Sunda slow lorises atau nycticebus caucang), serta lebih dari 50 species burung, yang lima diantaranya juga satwa yang dilindungi, yaitu Elangikan Kepala-Kelabu (grey-headed fish eagle atau ichthyphaga ichthyaetus), Elangular Bido (crested serpent eagle atau spilornis cheela), Elang Brontok (crested hawk-eangle atau spizaetus cirrhatus), Burungmadu Kelapa (brown-throated sunbird atau anthreptes malacensis) dan Rajaudang Meninting (blue-eared kingfisher atau alcedo meninting). Di taman ini juga ditemukan sejumlah fauna langka, misalnya beberapa jenis kantung semar. 

Sementara di Kamp Duri, kawanan gajah Sumatra, yang dikategorikan IUCN sebagai satwa langka kritis (critically endangered), masih cukup sering dijumpai masuk ke kamp dalam beberapa tahun terakhir. 

Ruang gerak gajah yang semakin berkurang dan karakteristik alam yang sudah berubah menjadi monokultur karena konversi hutan hujan menjadi perkebunan sawit memaksa mamalia darat terbesar ini mencari perlindungan di kamp yang masih hijau, rimbun dan kaya keanekaragaman hayati.

Lain lagi cerita dari lapangan minyak Duri. Di lapangan seluas 67 km2, para pekerja masih menemukan jejak kaki harimau Sumatra yang juga merupakan satwa langka kritis. Untuk memastikan keselamatan pekerja dan menghindari konflik dengan harimau, dilakukan sejumlah upaya diantaranya dengan studi populasi harimau Sumatra. Studi ini bertujuan memperoleh data populasi harimau dan habitat mereka di lapangan Duri Steamflood dengan mangsa, vegetasi, ruang gerak harimau sehingga dapat dibuat upaya mitigasi konflik harimau-manusia serta memastikan operasi migas yang selamat. 

PHR terus berupaya meningkatkan praktik operasi sesuai komitmen kebijakan Kesehatan, Keselamatan, Keamanan dan Lingkungan, dengan berpegang teguh pada implementasi golden rules Pertamina, Patuh, Intervensi dan Peduli.(Red/Pas)
Baca Juga